VIVAnews - Presiden Brazil, Dilma Rousseff, langsung menangis begitu mendengar kabar pembantaian di suatu sekolah di Kota Rio de Janeiro, Kamis pagi waktu setempat. Dia juga mengaku tidak menyangka bahwa negaranya dilanda tragedi demikian.
"Saya minta mengheningkan cipta selama satu menit bagi anak-anak yang nyawa mereka direnggut begitu cepat," ujar Rousseff dalam suatu acara di Ibukota Brasilia, yang dikutip kantor berita Associated Press (AP). Dia mengatakan hal itu dengan bersuara sendu sambil berlinang air mata.
Perempuan pertama yang menjadi presiden Brazil itu tidak percaya bila ada tragedi penembakan brutal dengan merenggut nyawa 12 anak sekolah. Pelaku pun bunuh diri setelah dikepung polisi.
"Itu bukanlah karakter bangsa kita sampai melakukan kejahatan demikian," kata Rousseff dalam pidato di forum para pebisnis nasional. "Tragedi ini tidak disangka-sangka terjadi di Brazil," kata Menteri Pendidikan Fernando Haddad seperti dikutip harian The Christian Science Monitor.
Menurut Departemen Kesehatan dan Pertahanan Sipil, seperti dikutip AP, murid sekolah yang dibunuh itu terdiri dari sepuluh perempuan dan dua laki-laki. Mereka tampaknya merupakan target acak dan rata-rata berusia antara 12 hingga 15 tahun.
Penembak diketahui bernama Wellington Oliveira. Kini berusia 23 tahun, Oliveira pernah bersekolah di Tasso da Silveira, yang menjadi lokasi penembakan.
Polisi masih menyelidiki motif penembakan brutal itu. Berdasarkan tulisan di secarik kertas di dekat pelaku, kemungkinan Oliveira saat itu sudah berniat untuk melakukan pembantaian dan bunuh diri.
0 komentar:
Posting Komentar