Rabu, 10 Agustus 2011

Benarkah Indonesia Surga Bagi Investor?

Posted by Muhammad Rifqi Aziz 23.45, under | No comments


 

VIVAnews - Indonesia dinilai sebagai surga bagi investor. Salah satunya ditunjukkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tumbuh positif dibanding negara lain di kawasan regional.

Indonesia memiliki industri otomotif yang menjadi penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, permintaan domestik meningkat empat kali dalam dekade terakhir. Indonesia juga menyalip Jepang sebagai pengimpor gandum di Asia, dengan populasi yang naik hampir 200 juta.

Laman channelnewsasia.com menuliskan, dengan perkiraan pertumbuhan 6 persen tahun ini dan 7 persen pada 2013, Indonesia membuktikan menjadi surga bagi investor.

Direktur Wealth Management, Ginancial Alliance, Sani Hamid mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi net eksportir dari sejumlah komoditas. "Akan ada banyak likuiditas masuk ke Indonesia," ujarnya.

Beberapa bulan terakhir, banyak likuiditas masuk ke Indonesia untuk membeli obligasi dengan imbal hasil tinggi. Kondisi ini ditambah dengan ekonomi Indonesia yang menguat.
"Saya rasa banyak keuntungan yang dibuat. Jadi, saya pikir Indonesia memiliki potensi, dan menjadi salah satu negara yang kami cari dalam jangka menengah," tambahnya.

Produk domestik bruto (PDB) Indonesia naik 6,5 persen pada kuartal kedua. Kenaikan itu lebih dari dua kali lipat dibanding negara tetangga, Thailand yang naik 3 persen pada kuartal pertama, Malaysia tumbuh 4,6 persen, dan Singapura yang mengalami kontraksi pada kuartal kedua.

Analis mengatakan, Indonesia akan tetap mengungguli seluruh Asia. Meski pertumbuhan positif dan konsumsi domestik yang kuat, sistem birokrasi Indonesia perlu diperbaiki. Karena, hal ini yang menahan masuknya investasi asing.

Ekonom Credit Suisse, Kun Lung Wu, mengatakan sistem birokrasi itu memang masih menjadi perhatian. Ia mengakui terdapat perubahan dalam sistem demokrasi, namun masih dinilai lambat. Positifnya, Indonesia telah melakukan perbaikan dalam tata kelola dan sektor perbankan.
Neraca utang pemerintah dan luar negeri terhadap PDB telah turun di level terendah dibanding negara kawasan.

"Namun, masih ada banyak masalah struktural yang perlu diatasi sekarang. Pasar tenaga kerja masih kaku, infrastruktur masih relatif rendah.

Meski investasi Indonesia terhadap PDB masih jauh di bawah China dan India, ia meyakini pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat tinggi. Analis sepakat, diperlukan reformasi yang lebih untuk menyadari potensi pertumbuhan itu. (art)
• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Ini. Diberdayakan oleh Blogger.

About

Berita Panas, Berita Terbaru, Berita Lama, Berita Unik, Berita Aneh, semuanya ada di sini.